Archive for Januari 2015
ASAL MULA NAMA NEGARA INDONESIA
Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara Indocina dan
Australia dengan aneka nama.
Kronik-kronik bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai
Nan-hai ("Kepulauan Laut Selatan").
Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini
Dwipantara ("Kepulauan Tanah Seberang"), nama yang diturunkan dari
kata dalam bahasa Sanskerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah
Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri
Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa ("Pulau Emas",
diperkirakan Pulau Sumatera sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu sebagai Jaza'ir
al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama
bahasa Arab, luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab
memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh
di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil
"orang Jawa" oleh orang Arab, termasuk untuk orang Indonesia dari
luar Jawa sekali pun. Dalam bahasa Arab juga dikenal nama-nama Samathrah (Sumatera),
Sholibis (Pulau Sulawesi), dan Sundah (Sunda) yang disebut kulluh Jawi
("semuanya Jawa").
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan
bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi
mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah
Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan
Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang", sementara kepulauan ini
memperoleh nama Kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel
Indien) atau Hindia Timur (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama
lain yang kelak juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische
Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).
Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama
resmi Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda). Pemerintah pendudukan Jepang
1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah
taklukannya di kepulauan ini.
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama
samaran Multatuli, pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan
kepulauan Indonesia, yaitu "Insulinde", yang artinya juga
"Kepulauan Hindia" (dalam bahasa Latin "insula" berarti
pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah
menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal abad ke-20.
Nama Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah
tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI:
"Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur")), yang dikelola oleh James
Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari
Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris,
George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi
majalah JIAEA.
Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl
menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and
Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa
Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl
menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau
Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama
Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl
mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia ("nesos"
dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). Pada halaman 71 artikelnya itu
tertulis (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris):
"... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu
masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang
Malayunesia"".
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan
Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat
untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan
Srilanka saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan Maladewa). Earl
berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam
tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai
istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James
Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago
("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun
menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah
Indian Archipelago ("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan
membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan
huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah
Indonesia.
Dan itu membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap
meyakini bahwa penduduk di kepulauan ini adalah Indian, sebuah julukan yang
dipertahankan karena sudah terlanjur akrab di Eropa.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan
tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa
Indonesia):
"Mr Earl menyarankan istilah etnografi
"Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung
"Malayunesian". Saya lebih suka istilah geografis murni
"Indonesia", yang hanya sinonim yang lebih pendek untuk Pulau-pulau
Hindia atau Kepulauan Hindia"
Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan
tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak
saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam
tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di
kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin
yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die
Inseln des Malayischen Archipel ("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan
Melayu") sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika
mengembara di kepulauan itu pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah
yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda,
sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan
Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam
Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian
mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah
"Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika
dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro pers dengan nama
Indonesische Persbureau.
Nama Indonesisch (pelafalan Belanda untuk
"Indonesia") juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch
("Hindia") oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan
itu, inlander ("pribumi") diganti dengan Indonesiër ("orang Indonesia").
Politik
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang
merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh
tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama
"Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu
bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya, pemerintah Belanda
mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang
mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi
pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908
dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging
atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama
menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,
"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de
toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut
"Hindia-Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat
menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia
menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan
mencita-citakan suatu tanah air pada masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap
orang Indonesia (Indonesiër) akan berusaha dengan segala tenaga dan
kemampuannya."
Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club
pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama
menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond
membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga
organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia".
Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa,
dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928,
yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan
Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho
Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah
Belanda agar nama Indonesië diresmikan sebagai pengganti nama
"Nederlandsch-Indie". Permohonan ini ditolak.
Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942,
lenyaplah nama "Hindia-Belanda". Pada tanggal 17 Agustus 1945,
menyusul deklarasi Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah Republik Indonesia.
ASAL USUL WARKOP DKI
Tahun 1973 di
Perkampungan Mahasiswa Universitas Indonesia di Cibubur, sedang berlangsung
konsolidasi mahasiswa. Mereka akan menentang rencana kedatangan Perdana Menteri
Jepang, Kakuei Tanaka ke Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Soeharto. Di
sana Kasino, Nanu, dan Rudy Badil yang paling menonjol mengatur acara supaya
ramai dan tidak menjenuhkan.
Ide penentangan Tanaka
berawal saat berlangsungnya diskusi di UI pada Agustus 1973. Pembicaranya,
Subadio Sastrosatomo, Sjaffruddin Prawinegara, Ali Sastroamidjojo dan TB
Simatupang. Saat itu mereka mendiskusikan soal peran modal asing.
Temmy Lesanpura,
mahasiswa UI yang juga Kepala Program Radio Prambors menemui Kasino, Nanu, dan
Rudy Badil di dalam acara konsolidasi mahasiswa tersebut. Ia menawari ketiganya
untuk mengisi acara radio Prambors. “Mau nggak isi acara di Prambors,” tanya
Temmy. Ketiganya setuju. Namun mereka masih bingung apa nama acara itu.
Setelah berdiskusi
panjang, akhirnya mereka temukan nama acara itu: ‘Obrolan Santai di Warung
Kopi’. September 1973, mereka mulai siaran. Jam siaran setiap hari kamis malam
pada jam 20.30 sampai 21.15. Tak ada persiapan apa pun. Ide guyonan selalu
ditemukan ketika akan siaran. Dan ceritanya seenaknya saja.
Nama warung kopi
disematkan sebagai tempat yang paling demokratis untuk membicarakan hal-hal
hangat di negeri ini. Konsep siaran bergaya komunikatif dan berkesan orang kampung
memang menjadi cara menarik minat orang untuk mendengarkan siaran mereka. Untuk
itu, masing-masing punya aksen suara yang berbeda. Kasino menirukan logat China
dan Padang. Nanu dengan logat Batak, dan Rudy Badil dengan aksen Jawa.
Tahun 1974, Dono direkrut
untuk bergabung di acara itu. Ia dikenal sebagai salah satu aktivis UI.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS, sekarang FISIP) itu dikenal tak banyak
bicara. Namun sekali berbicara, banyak orang tertawa. Apalagi aksen Jawa-nya
kental.
“Dari materinya, acara
ini sering nyinggung juga tentang anti modal asing. Tapi, sentilannya tidak
kentara. Halus banget. Kita tahu, arahnya ke masalah hangat juga,” tutur
Indro.
15 Januari 1974. Saat
itu Tanaka tiba di Jakarta. Mahasiswa melangsungkan aksi unjuk rasa di Bandar
Udara Halim Perdanakusuma. Tiga pokok tuntutan mahasiswa dalam aksi itu;
pertama, pemberantasan korupsi, perubahan kebijakan ekonomi yang berkaitan
dengan modal asing yang didominasi Jepang, dan pembubaran lembaga yang tidak
konstitusional.
Aksi kedatangan Tanaka
kemudian meluas di beberapa tempat lainnya di Jakarta. Ironinya, terjadi
kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan. Mobil dan motor buatan Negeri Sakura
itu, dibakar massa. Asap mengepul di segala penjuru.
Peristiwa itu, akhirnya
dikenal dengan ‘Malari 74’, kependekan dari Malapetaka Lima Belas Januari 1974.
Dari kejadian itu, diperkirakan, 11 orang meninggal, 300 orang luka-luka, 775
orang ditahan, ribuan mobil dan motor rusak serta terbakar. Ratusan kilogram
emas hilang di sejumlah toko perhiasan.
Saat berlangsung unjuk
rasa anti Tanaka, Wahjoe Sardono alias Dono berada di antara kerumunan massa di
kampus UI, Salemba, Jakarta Pusat. Dengan membawa kamera, ia berupaya mendekati
podium. Dono meraih mikrofon, lantas menyorongkannya kepada Rektor UI Prof.
Mahar Mardjono untuk berorasi di hadapan massa.
Dono tidak hanya ikut
aksi demo. Ia juga sibuk memotret semua peristiwa aksi. Banyak wartawan yang
sudah mengenalnya sebagai pelawak di Radio Prambors. Kepada salah satu media di
Jakarta, Dono mengatakan dengan berkelakar,” Tadinya saya punya niat untuk ikut
demonstrasi yang dibayar.”
“Saya kan terkenal.
Jadi kalau demonstrasi bisa cepet ngumpulin banyak orang. Kan, lagi krisis,
wajar kalau orang nyari duit,” kelakar Dono kepada wartawan.
Dono sebenarnya ingin
ikut bicara dan memberikan lawakannya untuk menghibur massa. “Tapi. Tidak
diberi mikropon, jadinya batal.”
Sehari sebelum
kejadian, Indro baru pulang dari Filipina menjadi kontingen Indonesia untuk
acara Jambore Internasional. Tiba di Bandar Udara Kemayoran, Indro kaget.
Banyak tentara. “Gue pikir, kontingen pramuka disambut. Hebat banget,” kenang
Indro. Saat itu ia masih kelas 1 SMA.
Dalam kontingen, turut
serta anak Pakubuwono. Indro diminta menjaganya. Semua anggota Pramuka dibawa
masuk ke dalam ruangan VIP. Lantas langsung dilarikan ke rumah kediaman
Pakubuwono di Jalan Mendut, Menteng. Indro memilih pulang ke rumahnya. Firasat
Indro, akan ada kejadian luar biasa di Jakarta. “Seharusnya kontingen dimasukan
dulu ke karantina,” tuturnya.
“Besoknya gue baru
tahu, kalau ternyata ada demo besar-besaran dan terjadi pembakaran.”
Jakarta mencekam. Di
kampus UI, Salemba sudah ramai pengunjuk rasa. Indro berjalan kaki dari
rumahnya ke kampus UI Salemba. Di sana, ia melihat situasi yang mengerikan.
Pembakaran mobil dan motor banyak dilakukan di jalan-jalan. “Saya juga sempat
nolong orang tua yang ketakutan,” tuturnya.
Sementara itu Kasino
juga berada di antara massa yang berada di Bandar Udara Halim. Saat itu, dia
menjabat sebagai Wakil Senat Mahasiswa FIS UI. Massa mahasiswa dan polisi sudah
saling berhadapan. Polisi anti huru-hara dipersenjatai tameng rotan dan alat
setrum. “Ye…beraninya pake setrum,” tutur Kasino.
Tiba-tiba, polisi
menyerang pengunjuk rasa. Kasino dikejar-kejar sampai ke komplek Angkatan Udara
yang tak jauh dari Bandara. Ia terpojok. Dengan posisi itu, Kasino mengatakan,
“Jangan pukul dong pak. Saya kan cuma ikut-ikutan.” Kasino tidak jadi dipukul.
Masa-masa itu telah
berlalu. Usai peristiwa Malari 1974, Warkop Prambors tetap mengudara dengan
guyonan lucunya. Tahun 1976, barulah Indro bergabung. Ia sudah mengenal empat
anggota Warkop Prambors. Maklum, rumahnya dekat dengan studio. Jika ada yang
siaran sendiri, ia yang menemaninya. Saat itu, Indro masih kelas 3 di SMA 4
Jakarta.
Di radio Prambors,
Indro bukan orang baru. Rumahnya berdekatan dengan radio itu. Nama Prambors
diambil dari gabungan jalan di kawasan Menteng. Kepanjangan dari Jalan
Prambanan, Mendut, Borobudur dan sekitarnya. Awalnya disematkan untuk Rukun
Tetangga (RT) di sekitar situ. Julukannya, RT Prambors.
Saat itu, Radio
Prambors hanya amatiran. Kakak sepupunya, Yudi, salah satu orang yang
mendirikan sebelum radio itu akhirnya berubah fungsi menjadi radio bisnis. “Pas
siaran, gue juga yang sering nemenin penyiarnya,” ujarnya.
Kasino yang mengajak
Indro untuk mulai permanen di acaranya. Saat itu, sedang ada pertandingan
softball. Indro menjadi pemain sekaligus tukang soraknya. “Ndro, nanti malam
elu mulai permanen. Mau nggak?” Tanya Kasino seusainya. Indro langsung menerima
ajakannya. Tak hanya di acara itu, Indro mulai diajak show Warkop.
Formasi acara obrolan
di warung kopi menjadi lima orang. Kasino, Nanu, Rudy Badil, Dono, dan Indro.
Tak ayal, acara ini kian ramai. Masing-masing punya perannya sendiri. Kasino
kadang berganti nama menjadi Acing dan Acong dengan logat China. Nanu menjadi
Poltak yang beraksen Batak. Rudy Badil berganti nama menjadi Mr. James dan Bang
Kholil.
“Gue berperan sebagai
Mastowi, Ubai dan Ashori dengan aksen Purbalingga. Sedangkan Dono sebagai Mas
Slamet,” kata Indro.
“Pokoknya, semua isi
obrolan bebas banget. Tentang apa aja,” kata Indro.
Nama kelompok mereka
disebut dengan julukan Warkop Prambors. Pentas kali pertama tahun bulan
September 1976, saat pesta perpisahan SMP 9 Jakarta di Hotel Indonesia.
Hasilnya dikatakan belum berhasil. Semua personil gemetaran. Mereka dapat honor
transport Rp20 ribu. Indro belum bergabung.
Pentas kali pertama
Indro di acara SMP 1 Cikini, Jakarta. Sebelum pentas, Dono harus mojok dulu
untuk menenangkan dirinya. Rudy Badil, menolak mentas. “Badil dikenal demam
panggung,” ujarnya. “Kalau Dono, harus pelajarin dulu materi guyonannya.
Sebelum pentas, Dono ngumpet.”
Tak lama kemudian,
Warkop diundang di acara IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Mereka bertemu dengan
Mus Mualim, seorang pemain musik ‘Indonesia Lima’. Mus berencana membuat acara
untuk tahun baru 1977 di TVRI alias Televisi Nasional Indonesia. Warkop
ditawarin untuk nyanyi bareng oleh Mus Mualim. Nama acaranya Terminal Musikal,
tempat anak muda yang mangkal di TVRI .
“Yang brengsek itu
Nanu. Pas pentas di IDI itu. Ia malahan nggak jelas keberadaannya. Nggak tahu,
ia ngumpet di mana,” kisah Indro.
“Mentas cuma bertiga.
Gue, Dono, ama Kasino. Dono aja masih gugup. Jadi tinggal gue ama Kasino yang
peran abis-abisan.”
Dari situlah, Warkop
Prambors mulai dibesarkan. Semua media di Indonesia, banyak membicarakan
kelompok lawakan ini. Guyonan Warkop akhirnya dikasetkan. Ada sembilan kaset.
Kaset pertamanya berjudul cangkir kopi. Direkam langsung saat pementasan di
Palembang. Di kaset kelima berjudul Pingin Melek Hukum. Indro berperan sebagai
mahasiswa penyuluh hukum, sedangkan Kasino dan Dono sebagai warganya.
Ketenaran di radio dan
di pementasan membuat Hasrat Juwil, eksekutif produser PT. Bola Dunia melirik
Warkop Prambors. Hasrat yang juga anak Prambors, menghubungi Warkop untuk
bermain film. Soal skenario, Warkop diberikan kebebasan. Honor pertama untuk
Warkop Rp15 juta. “Uang itu, kami bagi rata,” ujar Indro.
Film pertamanya
berjudul; Mana Tahan di produksi tahun 1979. Artis perempuannya Elvy Sukaesih.
Film terakhirnya berjudul; Pencet Sana Pencet Sini, dibuat tahun 1994. Artis
pendukungnya, Sally Marcellina dan Taffana Dewi. Selama 15 tahun itu, Warkop
telah membintangi 34 film.
Beberapa perusahaan
film yang pernah melibatkan Warkop, antara lain PT. Nugraha Mas Film, PT.
Parkit Film, dan PT. Garuda Film. Sejak tahun 1985, akhirnya diambil alih oleh
PT. Soraya Intercine Film yang dimiliki oleh keluarga Soraya. Saat itu
direkturnya, Raam Soraya.
“Raam sangat membantu
keluarga Warkop. Sampai sekarang pun, ia tetap memperhatikan anak-anak kami. Ia
ASAL USUL WARKOP DKI
Tahun 1973 di
Perkampungan Mahasiswa Universitas Indonesia di Cibubur, sedang berlangsung
konsolidasi mahasiswa. Mereka akan menentang rencana kedatangan Perdana Menteri
Jepang, Kakuei Tanaka ke Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Soeharto. Di
sana Kasino, Nanu, dan Rudy Badil yang paling menonjol mengatur acara supaya
ramai dan tidak menjenuhkan.
Ide penentangan Tanaka
berawal saat berlangsungnya diskusi di UI pada Agustus 1973. Pembicaranya,
Subadio Sastrosatomo, Sjaffruddin Prawinegara, Ali Sastroamidjojo dan TB
Simatupang. Saat itu mereka mendiskusikan soal peran modal asing.
Temmy Lesanpura,
mahasiswa UI yang juga Kepala Program Radio Prambors menemui Kasino, Nanu, dan
Rudy Badil di dalam acara konsolidasi mahasiswa tersebut. Ia menawari ketiganya
untuk mengisi acara radio Prambors. “Mau nggak isi acara di Prambors,” tanya
Temmy. Ketiganya setuju. Namun mereka masih bingung apa nama acara itu.
Setelah berdiskusi
panjang, akhirnya mereka temukan nama acara itu: ‘Obrolan Santai di Warung
Kopi’. September 1973, mereka mulai siaran. Jam siaran setiap hari kamis malam
pada jam 20.30 sampai 21.15. Tak ada persiapan apa pun. Ide guyonan selalu
ditemukan ketika akan siaran. Dan ceritanya seenaknya saja.
Nama warung kopi
disematkan sebagai tempat yang paling demokratis untuk membicarakan hal-hal
hangat di negeri ini. Konsep siaran bergaya komunikatif dan berkesan orang
kampung memang menjadi cara menarik minat orang untuk mendengarkan siaran
mereka. Untuk itu, masing-masing punya aksen suara yang berbeda. Kasino
menirukan logat China dan Padang. Nanu dengan logat Batak, dan Rudy Badil
dengan aksen Jawa.
Tahun 1974, Dono
direkrut untuk bergabung di acara itu. Ia dikenal sebagai salah satu aktivis
UI. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS, sekarang FISIP) itu dikenal tak banyak
bicara. Namun sekali berbicara, banyak orang tertawa. Apalagi aksen Jawa-nya
kental.
“Dari materinya, acara
ini sering nyinggung juga tentang anti modal asing. Tapi, sentilannya tidak
kentara. Halus banget. Kita tahu, arahnya ke masalah hangat juga,” tutur Indro.
15 Januari 1974. Saat
itu Tanaka tiba di Jakarta. Mahasiswa melangsungkan aksi unjuk rasa di Bandar
Udara Halim Perdanakusuma. Tiga pokok tuntutan mahasiswa dalam aksi itu;
pertama, pemberantasan korupsi, perubahan kebijakan ekonomi yang berkaitan
dengan modal asing yang didominasi Jepang, dan pembubaran lembaga yang tidak
konstitusional.
Aksi kedatangan Tanaka
kemudian meluas di beberapa tempat lainnya di Jakarta. Ironinya, terjadi
kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan. Mobil dan motor buatan Negeri Sakura
itu, dibakar massa. Asap mengepul di segala penjuru.
Peristiwa itu, akhirnya
dikenal dengan ‘Malari 74’, kependekan dari Malapetaka Lima Belas Januari 1974.
Dari kejadian itu, diperkirakan, 11 orang meninggal, 300 orang luka-luka, 775
orang ditahan, ribuan mobil dan motor rusak serta terbakar. Ratusan kilogram
emas hilang di sejumlah toko perhiasan.
Saat berlangsung unjuk
rasa anti Tanaka, Wahjoe Sardono alias Dono berada di antara kerumunan massa di
kampus UI, Salemba, Jakarta Pusat. Dengan membawa kamera, ia berupaya mendekati
podium. Dono meraih mikrofon, lantas menyorongkannya kepada Rektor UI Prof.
Mahar Mardjono untuk berorasi di hadapan massa.
Dono tidak hanya ikut
aksi demo. Ia juga sibuk memotret semua peristiwa aksi. Banyak wartawan yang
sudah mengenalnya sebagai pelawak di Radio Prambors. Kepada salah satu media di
Jakarta, Dono mengatakan dengan berkelakar,” Tadinya saya punya niat untuk ikut
demonstrasi yang dibayar.”
“Saya kan terkenal.
Jadi kalau demonstrasi bisa cepet ngumpulin banyak orang. Kan, lagi krisis,
wajar kalau orang nyari duit,” kelakar Dono kepada wartawan.
Dono sebenarnya ingin
ikut bicara dan memberikan lawakannya untuk menghibur massa. “Tapi. Tidak
diberi mikropon, jadinya batal.”
Sehari sebelum kejadian,
Indro baru pulang dari Filipina menjadi kontingen Indonesia untuk acara Jambore
Internasional. Tiba di Bandar Udara Kemayoran, Indro kaget. Banyak tentara.
“Gue pikir, kontingen pramuka disambut. Hebat banget,” kenang Indro. Saat itu
ia masih kelas 1 SMA.
Dalam kontingen, turut
serta anak Pakubuwono. Indro diminta menjaganya. Semua anggota Pramuka dibawa
masuk ke dalam ruangan VIP. Lantas langsung dilarikan ke rumah kediaman
Pakubuwono di Jalan Mendut, Menteng. Indro memilih pulang ke rumahnya. Firasat
Indro, akan ada kejadian luar biasa di Jakarta. “Seharusnya kontingen dimasukan
dulu ke karantina,” tuturnya.
“Besoknya gue baru
tahu, kalau ternyata ada demo besar-besaran dan terjadi pembakaran.”
Jakarta mencekam. Di
kampus UI, Salemba sudah ramai pengunjuk rasa. Indro berjalan kaki dari
rumahnya ke kampus UI Salemba. Di sana, ia melihat situasi yang mengerikan.
Pembakaran mobil dan motor banyak dilakukan di jalan-jalan. “Saya juga sempat
nolong orang tua yang ketakutan,” tuturnya.
Sementara itu Kasino
juga berada di antara massa yang berada di Bandar Udara Halim. Saat itu, dia
menjabat sebagai Wakil Senat Mahasiswa FIS UI. Massa mahasiswa dan polisi sudah
saling berhadapan. Polisi anti huru-hara dipersenjatai tameng rotan dan alat
setrum. “Ye…beraninya pake setrum,” tutur Kasino.
Tiba-tiba, polisi
menyerang pengunjuk rasa. Kasino dikejar-kejar sampai ke komplek Angkatan Udara
yang tak jauh dari Bandara. Ia terpojok. Dengan posisi itu, Kasino mengatakan,
“Jangan pukul dong pak. Saya kan cuma ikut-ikutan.” Kasino tidak jadi dipukul.
Masa-masa itu telah
berlalu. Usai peristiwa Malari 1974, Warkop Prambors tetap mengudara dengan
guyonan lucunya. Tahun 1976, barulah Indro bergabung. Ia sudah mengenal empat
anggota Warkop Prambors. Maklum, rumahnya dekat dengan studio. Jika ada yang
siaran sendiri, ia yang menemaninya. Saat itu, Indro masih kelas 3 di SMA 4
Jakarta.
Di radio Prambors,
Indro bukan orang baru. Rumahnya berdekatan dengan radio itu. Nama Prambors
diambil dari gabungan jalan di kawasan Menteng. Kepanjangan dari Jalan
Prambanan, Mendut, Borobudur dan sekitarnya. Awalnya disematkan untuk Rukun
Tetangga (RT) di sekitar situ. Julukannya, RT Prambors.
Saat itu, Radio
Prambors hanya amatiran. Kakak sepupunya, Yudi, salah satu orang yang
mendirikan sebelum radio itu akhirnya berubah fungsi menjadi radio bisnis. “Pas
siaran, gue juga yang sering nemenin penyiarnya,” ujarnya.
Kasino yang mengajak
Indro untuk mulai permanen di acaranya. Saat itu, sedang ada pertandingan
softball. Indro menjadi pemain sekaligus tukang soraknya. “Ndro, nanti malam
elu mulai permanen. Mau nggak?” Tanya Kasino seusainya. Indro langsung menerima
ajakannya. Tak hanya di acara itu, Indro mulai diajak show Warkop.
Formasi acara obrolan
di warung kopi menjadi lima orang. Kasino, Nanu, Rudy Badil, Dono, dan Indro.
Tak ayal, acara ini kian ramai. Masing-masing punya perannya sendiri. Kasino
kadang berganti nama menjadi Acing dan Acong dengan logat China. Nanu menjadi
Poltak yang beraksen Batak. Rudy Badil berganti nama menjadi Mr. James dan Bang
Kholil.
“Gue berperan sebagai
Mastowi, Ubai dan Ashori dengan aksen Purbalingga. Sedangkan Dono sebagai Mas
Slamet,” kata Indro.
“Pokoknya, semua isi
obrolan bebas banget. Tentang apa aja,” kata Indro.
Nama kelompok mereka
disebut dengan julukan Warkop Prambors. Pentas kali pertama tahun bulan
September 1976, saat pesta perpisahan SMP 9 Jakarta di Hotel Indonesia.
Hasilnya dikatakan belum berhasil. Semua personil gemetaran. Mereka dapat honor
transport Rp20 ribu. Indro belum bergabung.
Pentas kali pertama
Indro di acara SMP 1 Cikini, Jakarta. Sebelum pentas, Dono harus mojok dulu
untuk menenangkan dirinya. Rudy Badil, menolak mentas. “Badil dikenal demam
panggung,” ujarnya. “Kalau Dono, harus pelajarin dulu materi guyonannya.
Sebelum pentas, Dono ngumpet.”
Tak lama kemudian,
Warkop diundang di acara IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Mereka bertemu dengan
Mus Mualim, seorang pemain musik ‘Indonesia Lima’. Mus berencana membuat acara
untuk tahun baru 1977 di TVRI alias Televisi Nasional Indonesia. Warkop ditawarin
untuk nyanyi bareng oleh Mus Mualim. Nama acaranya Terminal Musikal, tempat
anak muda yang mangkal di TVRI .
“Yang brengsek itu
Nanu. Pas pentas di IDI itu. Ia malahan nggak jelas keberadaannya. Nggak tahu,
ia ngumpet di mana,” kisah Indro.
“Mentas cuma bertiga.
Gue, Dono, ama Kasino. Dono aja masih gugup. Jadi tinggal gue ama Kasino yang
peran abis-abisan.”
Dari situlah, Warkop
Prambors mulai dibesarkan. Semua media di Indonesia, banyak membicarakan
kelompok lawakan ini. Guyonan Warkop akhirnya dikasetkan. Ada sembilan kaset.
Kaset pertamanya berjudul cangkir kopi. Direkam langsung saat pementasan di
Palembang. Di kaset kelima berjudul Pingin Melek Hukum. Indro berperan sebagai
mahasiswa penyuluh hukum, sedangkan Kasino dan Dono sebagai warganya.
Ketenaran di radio dan
di pementasan membuat Hasrat Juwil, eksekutif produser PT. Bola Dunia melirik
Warkop Prambors. Hasrat yang juga anak Prambors, menghubungi Warkop untuk
bermain film. Soal skenario, Warkop diberikan kebebasan. Honor pertama untuk
Warkop Rp15 juta. “Uang itu, kami bagi rata,” ujar Indro.
Film pertamanya
berjudul; Mana Tahan di produksi tahun 1979. Artis perempuannya Elvy Sukaesih.
Film terakhirnya berjudul; Pencet Sana Pencet Sini, dibuat tahun 1994. Artis
pendukungnya, Sally Marcellina dan Taffana Dewi. Selama 15 tahun itu, Warkop
telah membintangi 34 film.
Beberapa perusahaan
film yang pernah melibatkan Warkop, antara lain PT. Nugraha Mas Film, PT.
Parkit Film, dan PT. Garuda Film. Sejak tahun 1985, akhirnya diambil alih oleh
PT. Soraya Intercine Film yang dimiliki oleh keluarga Soraya. Saat itu
direkturnya, Raam Soraya.
“Raam sangat membantu
keluarga Warkop. Sampai sekarang pun, ia tetap memperhatikan anak-anak kami. Ia
juga, masih ingin bekerja sama dengan Warkop,” ujar Indro.
Tahun 1983, hari yang
sangat menyedihkan bagi Warkop, Nanu bernama asli Nanu Mulyono, meninggal dunia
akibat sakit ginjal. Dikuburkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Ia hanya sempat
memerankan beberapa film saja. Sedangkan Rudy Badil, tidak pernah sama sekali
terlibat dalam pembuatan film. Warkop akhirnya tinggal bertiga, Dono, Kasino
Indro.
Nama Warkop Prambors
akhirnya berubah menjadi Warkop DKI. Embel-embel Prambors dilepaskan untuk
menghindari pembayaran royalti kepada Radio Prambors.
“Dulu sempat ada
permainan anak-anak yang menyebutkan istilah DKI dengan nama Dono, Kasino,
Indro. Kita kaget. Kok ada permainan yang dikarang oleh anak-anak dengan nama
kami. Kenapa kita tidak pake aja nama DKI” tutur Indro.
Sejak itulah mereka
bersepakat menambah DKI di depan kata Warkop
“Akhirnya, berganti deh
menjadi Warkop DKI. Terus diplesetin lagi, DKI itu kependekan dari Daerah
Khusus Ibukota.” Indro tertawa.
Film yang dibintangi
Warkop DKI semakin menarik perhatian masyarakat. Semua orang membicarakannya.
Film yang mereka bintangi pun menjadi film Indonesia termahal dan paling laris.
Era tahun 1980-1990,
perfilman Indonesia berada di puncaknya. Di antara begitu banyak film yang
diproduksi pada saat itu, film yang dibintangi Warkop DKI dan Rhoma Irama,
merupakan dua film yang selalu ditunggu oleh penonton.
Pada masa jayanya, film
Warkop DKI tidak hanya ditayangkan bioskop lokal. Jaringan bioskop untuk orang
kelas menengah ke atas, Teater 21, sering menayangkan film mereka. Tak hanya
itu, di kampung-kampung diadakan ‘layar tancap’ yang menayangkan film Warkop
DKI. Masyarakat pun berbondong-bondong untuk selalu menjadi tontonan menarik
bagi masyarakat.
“Kita punya kelas
penonton sendiri. Semua orang di Indonesia, selalu membicarakan kelompok Warkop
DKI,” kenang Indro.
Dengan semakin
terkenalnya, Warkop banyak mendapat undangan ke daerah di seluruh Indonesia.
Kisah yang tidak terlupakan, kenang Indro, saat berkunjung ke Timika, Papua.
Masyarakat di sana
memadati lapangan dengan mengenakan koteka. Selama berlangsung dialog lawakan,
tak ada satu pun warga yang tertawa. “Kami bingung,” tuturnya. Koteka adalah
alat penutup kemaluan untuk pria. Di buat dari buah labu. Isi dan bijinya
dibuang dan dijemur. Setelah kering, baru bisa dijadikan penutup kemaluan.
Tiba-tiba Dono
berinisiatif. Ia berlari-larian dengan gayanya yang lucu di atas panggung,”
Indro memperagakan gaya Dono kepada saya. Gaya Dono, tiru Indro, bergoyak dan
melenggokan tubuh sambil tertawa-tawa.
“Saya dan Kasino,
ikutan juga bergaya kayak Dono. Eh…penonton baru pada ketawaan,” kenang Indro
sambil tertawa.
Kocak Warkop DKI selalu
ramai oleh penonton. Kelompok ini, tidak pernah surut dari zaman dan tidak
pernah sepi dari kelucuan. Di mana ada Warkop, disitu orang tertawa.juga, masih
ingin bekerja sama dengan Warkop,” ujar Indro.
Tahun 1983, hari yang
sangat menyedihkan bagi Warkop, Nanu bernama asli Nanu Mulyono, meninggal dunia
akibat sakit ginjal. Dikuburkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Ia hanya sempat
memerankan beberapa film saja. Sedangkan Rudy Badil, tidak pernah sama sekali
terlibat dalam pembuatan film. Warkop akhirnya tinggal bertiga, Dono, Kasino
Indro.
Nama Warkop Prambors
akhirnya berubah menjadi Warkop DKI. Embel-embel Prambors dilepaskan untuk
menghindari pembayaran royalti kepada Radio Prambors.
“Dulu sempat ada
permainan anak-anak yang menyebutkan istilah DKI dengan nama Dono, Kasino,
Indro. Kita kaget. Kok ada permainan yang dikarang oleh anak-anak dengan nama
kami. Kenapa kita tidak pake aja nama DKI” tutur Indro.
Sejak itulah mereka
bersepakat menambah DKI di depan kata Warkop
“Akhirnya, berganti deh
menjadi Warkop DKI. Terus diplesetin lagi, DKI itu kependekan dari Daerah
Khusus Ibukota.” Indro tertawa.
Film yang dibintangi
Warkop DKI semakin menarik perhatian masyarakat. Semua orang membicarakannya.
Film yang mereka bintangi pun menjadi film Indonesia termahal dan paling
laris.
Era tahun 1980-1990,
perfilman Indonesia berada di puncaknya. Di antara begitu banyak film yang
diproduksi pada saat itu, film yang dibintangi Warkop DKI dan Rhoma Irama,
merupakan dua film yang selalu ditunggu oleh penonton.
Pada masa jayanya, film
Warkop DKI tidak hanya ditayangkan bioskop lokal. Jaringan bioskop untuk orang
kelas menengah ke atas, Teater 21, sering menayangkan film mereka. Tak hanya
itu, di kampung-kampung diadakan ‘layar tancap’ yang menayangkan film Warkop
DKI. Masyarakat pun berbondong-bondong untuk selalu menjadi tontonan menarik
bagi masyarakat.
“Kita punya kelas
penonton sendiri. Semua orang di Indonesia, selalu membicarakan kelompok Warkop
DKI,” kenang Indro.
Dengan semakin
terkenalnya, Warkop banyak mendapat undangan ke daerah di seluruh Indonesia.
Kisah yang tidak terlupakan, kenang Indro, saat berkunjung ke Timika, Papua.
Masyarakat di sana
memadati lapangan dengan mengenakan koteka. Selama berlangsung dialog lawakan,
tak ada satu pun warga yang tertawa. “Kami bingung,” tuturnya. Koteka adalah
alat penutup kemaluan untuk pria. Di buat dari buah labu. Isi dan bijinya
dibuang dan dijemur. Setelah kering, baru bisa dijadikan penutup
kemaluan.
Tiba-tiba Dono
berinisiatif. Ia berlari-larian dengan gayanya yang lucu di atas panggung,”
Indro memperagakan gaya Dono kepada saya. Gaya Dono, tiru Indro, bergoyak dan
melenggokan tubuh sambil tertawa-tawa.
“Saya dan Kasino,
ikutan juga bergaya kayak Dono. Eh…penonton baru pada ketawaan,” kenang Indro
sambil tertawa.
Kocak Warkop DKI selalu
ramai oleh penonton. Kelompok ini, tidak pernah surut dari zaman dan tidak
pernah sepi dari kelucuan. Di mana ada Warkop, disitu orang tertawa.
Posted by Unknown
Sejarah Universitas di Indonesia
Sejarah perguruan
tinggi di Indonesia bermula sejak pemerintah Hindia Belanda memberlakukan
Politik Etis, yang salah satu programnya adalah pendidikan. Program pendidikan
mendorong timbulnya sekolah-sekolah yang semula hanya sekolah dasar untuk
belajar membaca, menulis, dan menghitung, kemudian diperluas pada sekolah
menengah dan perguruan tinggi. Perguruan tinggi ini yang kemudian menjadi cikal
bakal berkembangnya Universitas dan Fakultas di Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Awalnya rintisan
perguruan tinggi perintisan ini hanya di bidang kesehatan saja. Pada tahun 1902
di Batavia didirikan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (School Tot
Opleiding van Inlandsche Artsen atau dikenal sebagai Sekolah Dokter Bumi
Putera) kemudian NIAS (Nerderlandsch Indische Artsen School) tahun 1913 di
Surabaya . Ketika STOVIA tidak menerima murid lagi, didirikanlah sekolah tabib
tinggi GHS (Geneeskundige Hooge School) pada tahun 1927. Perguruan inilah yang
sebenarnya merupakan embrio kedokteran Universitas Indonesia.
Di Bandung tahun 1920
didirikan Technische Hooge School (THS) yang pada tahun itu juga dijadikan
perguruan tinggi negeri.[catatan 1] THS ini adalah embrio Institut Teknologi
Bandung. Pada tahun 1922 didirikan Textil Inrichting Bandoeng (TIB) ini lah
embrio Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.
Pada tahun 1922
kemudian berdiri sekolah hukum (Rechts School) yang kemudian ditingkatkan
menjadi sekolah tinggi hukum (Recht hooge School) pada tahun 1924. Sekolah
tinggi inilah embrio Fakultas Hukum di Indonesia. Di Jakarta tahun 1940
didirikan Faculteit de Letterenen Wijsbegeste[2] yang kemudian menjadi Fakultas
Sastra dan Filsafat di Indonesia.
Di Bogor didirikan
sekolah tinggi pertanian (Landsbouwkundige Faculteit) pada tahun 1941[2] yang
sekarang disebut Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada zaman Jepang sampai awal
kemerdekaan, GHS ditutup dan atas inisiatif pemerintahan militer, GHS dan NIAS
dijadikan satu dan diberikan nama Ika Dai Gakko (Sekolah Tinggi Kedokteran).
Dua hari setelah proklamasi, tanggal 19 Agustus 1945, pemerintah Indonesia
mendirikan Balai Pergoeroean Tinggi RI yang memiliki Pergoeroean Tinggi
Kedokteran. Sekolah tinggi ini dibuka secara resmi pada tanggal 1 Oktober 1945.
Di masa perjuangan
revolusi fisik melawan Belanda (1946-1949) Pergoeroean Tinggi Kedokteran
mengungsi ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, (Klaten dan Malang). Sementara itu
pemerintah RI di Yogyakarta bekerja sama dengan Yayasan Balai Perguruan Tinggi
Gajah Mada pada tanggal 19 Desember 1949 mendirikan Universitas Gadjah Mada.[2]
Pada awalnya hanya ada 2 Fakultas, yaitu Hukum dan Kesusasteraan yang bertempat
di pagelaran dan baru kemudian berangsur-angsur pindah ke kampus Bulak Sumur.
Pada zaman pendudukan,
di Batavia pihak Belanda mengusahakan dibukanya kembali GHS. Maka bukan hal
yang aneh ketika penyerahan kedaulatan, tahun 1949 timbul gagasan untuk
menjunjung tinggi ilmu pengetahuan tanpa membedakan warna kulit dan asal
keturunan. Kedua lembaga pendidikan bekas Belanda dan bekas Republik dijadikan
satu menjadi Universiteit Indonesia, Fakulteit Kedokteran, tanggal 2 Februari
1950, yang saat ini dikenal dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(FKUI)
Universitas Islam
Indonesia (UII) Yogyakarta yang berdiri tanggal 8 Juli 1945 merupakan perguruan
tinggi swasta pertama dan tertua di Indonesia.
Posted by Unknown
Pemerintah Indonesia akhirnya mengakui secara resmi organisasi e-Sport nasional
Hari ini merupakan hari yang menggembirakan bagi para
penggemar video game kompetitif atau game yang termasuk kategori e-sport.
Pasalnya mulai hari ini Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI)
yang berada di bawah Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) akhirnya memutuskan
bahwa Indonesia e-Sport Association (IeSPA) secara resmi telah tergabung dalam
badan negara ini. Dengan resminya IeSPA di mata pemerintah, para gamer
kompetitif bisa lebih yakin hobi (atau bahkan profesi untuk beberapa orang)
mereka ini akan mendapatkan dukungan lebih dari pemerintah. Visi dari IeSPA
sendiri adalah mewujudkan Indonesia sebagai negara yang berprestasi dan
disegani di bidang e-sport. Beberapa target jangka pendek dan jangka panjang
organisasi game kompetitif yang didukung oleh Lyto, Garena, Megaxus, dan Techno
Solution ini mencakup ke pengadaan kompetisi yang diadakan secara reguler,
menghilangkan budaya tidak terdidik yang biasa melekat di kalangan gamer
kompetitif yang biasa bermain di game center atau warnet, serta meningkatkan
prestasi tim game anak bangsa. Selain itu dengan adanya dukungan pemerintah,
IeSPA akan berusaha untuk bisa menjadi tuan rumah IeSF (International e-Sport
Federation) World Championship setidaknya pada tahun 2016. Ambisi mereka tidak
berhenti di situ saja. Dengan adanya pengakuan pemerintah ini, potensi agar
e-sport bisa masuk ke ajang olahraga seperti SEA Games pun semakin terbuka.
Selain target-target besar tersebut, bagaimana dengan target yang bisa
dinikmati oleh lebih banyak gamer? IeSPA sempat menyinggung tentang arena atau
stadion di Korea Selatan yang menjadi tempat khusus untuk mengadakan kompetisi
e-sport dengan tayangan yang bisa langsung disaksikan oleh penonton di tempat
maupun melalui internet. Dukungan infrastruktur seperti ini juga ditargetkan
oleh IeSPA dalam jangka panjang, namun karena hal ini sangatlah ambisius, jadi
untuk jangka pendeknya IeSPA baru akan bekerja sama dengan beberapa warnet
tertentu yang akan menjadi partner resmi organisasi ini. Dukungan pemerintah
ini juga memberikan IeSPA akses koneksi ke organisasi pemerintahan yang lain.
Hal ini diharapkan bisa membantu IeSPA mendorong pemerintah (atau badan-badan
tertentu) untuk meningkatkan kualitas internet di Indonesia. Awalnya mungkin
internet kencang dan stabil ini hanya akan terbatas ke kompetisi e-sport saja.
Tapi dengan semakin ramainya peminat e-sport,tidak mengherankan jika internet
yang kencang dan stabil akan menjadi suatu hal yang bisa dinikmati secara umum
oleh rakyat Indonesia. (Baca juga: Bagaimana kecepatan internet Indonesia
dibandingkan negara ASEAN lain? (infografik)) Berbagai rencana jangka pendek
dan jangka panjang dari IeSPA tentunya tidak akan terwujud jika para gamer
tidak ikut mendukung organisasi ini. Mari bersama-sama tunjukkan dukungan baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada mereka. Semoga saja setelah ini
akan semakin banyak dukungan dari pemerintah baik untuk gaming kompetitif, game
developer, maupun paragamer di seluruh Indonesia sendiri.
Posted by Unknown
Deskripsi Raja Ampat
Asal-usul
dan sejarah
Asal
mula nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari seorang
wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas menjadi
empat orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa
di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir
telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.
Dalam perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat bangsawan dan menerapkan sistem adat Maluku. Dalam sistem ini, masyarakat sekumpulan manusia. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan Tidore. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian klaim Hindia-Belanda.
Masyarakat
Dalam perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat bangsawan dan menerapkan sistem adat Maluku. Dalam sistem ini, masyarakat sekumpulan manusia. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan Tidore. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian klaim Hindia-Belanda.
Masyarakat
Masyarakat
Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di
kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah
masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa
oleh-oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam
‘pipa perdamaian indian’ di Raja Ampat. Acara mengobrol dengan makan pinang
disebut juga “Para-para Pinang” seringkali bergiliran satu sama lain saling
melempar mob, istilah setempat untuk cerita-cerita lucu.
Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau marga terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.
Kekayaan sumber daya alam
Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau marga terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.
Kekayaan sumber daya alam
Kepulauan
Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai
objek wisata, terutama wisata penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut
berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving
site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk
kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini.
Dr John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya, dalam sebuah situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak di ujung paling barat Pulau Papua, sekitar 50 mil sebelah barat laut Sorong, mempunyai kawasan karang terbaik di Indonesia. Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di daerah itu.
Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.
Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara Pulau Waigeo dan Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Tenggara dan Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis kuda laut katai, wobbegong, dan ikan pari Manta. Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja, yaitu sejenis ikan gobbie. Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa menyelam dengan ditemani beberapa ekor Pari Manta yang jinak seperti ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Jika menyelam di Cape Kri atau Chicken Reef, Anda bisa dikelilingi oleh ribuan ikan. Kadang kumpulan ikan tuna, giant trevallies dan snappers. Tapi yang menegangkan jika kita dikelilingi oleh kumpulan ikan barakuda, walaupun sebenarnya itu relatif tidak berbahaya (yang berbahaya jika kita ketemu barakuda soliter atau sendirian). Hiu karang juga sering terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang di sekitar anda. Di beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan duyung.
Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan.
Peninggalan prasejarah dan sejarah[sunting | sunting sumber]
Dr John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya, dalam sebuah situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak di ujung paling barat Pulau Papua, sekitar 50 mil sebelah barat laut Sorong, mempunyai kawasan karang terbaik di Indonesia. Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di daerah itu.
Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.
Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara Pulau Waigeo dan Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Tenggara dan Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis kuda laut katai, wobbegong, dan ikan pari Manta. Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja, yaitu sejenis ikan gobbie. Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa menyelam dengan ditemani beberapa ekor Pari Manta yang jinak seperti ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Jika menyelam di Cape Kri atau Chicken Reef, Anda bisa dikelilingi oleh ribuan ikan. Kadang kumpulan ikan tuna, giant trevallies dan snappers. Tapi yang menegangkan jika kita dikelilingi oleh kumpulan ikan barakuda, walaupun sebenarnya itu relatif tidak berbahaya (yang berbahaya jika kita ketemu barakuda soliter atau sendirian). Hiu karang juga sering terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang di sekitar anda. Di beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan duyung.
Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan.
Peninggalan prasejarah dan sejarah[sunting | sunting sumber]
Di
kawasan gugusan Misool ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan yang
diterakan pada dinding batu karang. Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat
dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan,
usia cap-cap tangan ini sekitar 50.000 tahun dan menjadi bagian dari rangkaian
petunjuk jalur penyebaran manusia dari kawasan barat Nusantara menuju Papua dan
Melanesia.
Sisa pesawat karam peninggalan Perang Dunia II bisa dijumpai di beberapa tempat penyelaman, seperti di Pulau Wai.
Sisa pesawat karam peninggalan Perang Dunia II bisa dijumpai di beberapa tempat penyelaman, seperti di Pulau Wai.
Posted by Unknown
Patung Dirgantara
Monumen Patung Dirgantara atau
lebih dikenal dengan nama Patung Pancoran adalah salah satu
monumen patung yang terdapat di Jakarta. Letak monumen
ini berada di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Tepat di depan kompleks
perkantoran Wisma Aldiron Dirgantara yang dulunya merupakan Markas Besar TNI Angkatan Udara.
Posisinya yang strategis karena merupakan pintu gerbang menuju Jakarta bagi
para pendatang yang baru saja mendarat di Bandar
Udara Halim Perdanakusuma.
Ide pertama pembuatan patung adalah dari Presiden Soekarno
yang menghendaki agar dibuat sebuah patung mengenai dunia penerbangan Indonesia
atau kedirgantaraan. Patung ini menggambarkan manusia angkasa, yang berarti
menggambarkan semangat keberanian bangsa Indonesia untuk menjelajah angkasa
Sejarah
Kawasan Pancoran pada tahun 1966
Patung ini dirancang oleh Edhi Sunarso sekitar tahun 1964 - 1965 dengan
bantuan dari Keluarga
Arca Yogyakarta.
Sedangkan proses pengecorannya dilaksanakan oleh Pengecoran Patung Perunggu
Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono. Berat patung yang terbuat
dari perunggu ini mencapai 11 Ton. Sementara tinggi patung itu sendiri adalah
11 Meter, dan kaki patung mencapai 27 Meter. Proses pembangunannya dilakukan
oleh PN Hutama Karya dengan
Ir. Sutami sebagai arsitek pelaksana.
Pengerjaannya sempat mengalami keterlambatan karena
peristiwa Gerakan 30 September PKI
pada tahun 1965.
Rancangan patung ini berdasarkan atas permintaan Bung Karno untuk menampilkan
keperkasaan bangsa Indonesia di
bidang dirgantara. Penekanan dari desain patung tersebut berarti bahwa untuk
mencapai keperkasaan, bangsa Indonesia mengandalkan sifat-sifat Jujur, Berani
dan Bersemangat.
Proses pemasangan Patung Dirgantara sering ditunggui oleh
Bung Karno, sehingga kehadirannya selalu merepotkan aparat negara yang bertugas
menjaga keamanan sang kepala negara. Alat pemasangannya sederhana saja yaitu
dengan menggunakan Derek tarikan tangan. Patung yang berat keseluruhannya 11
ton tersebut terbagi dalam potongan-potongan yang masing-masing beratnya 1 ton.
Pemasangan patung Dirgantara akhirnya dapat selesai pada
akhir tahun 1966. Patung Dirgantara ditempatkan di
lokasi ini karena strategis, merupakan pintu gerbang kawasan Jakarta Selatan
dari Lapangan Terbang Halim Perdanakusumah selain itu dekat dengan (dahulu)
Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia.
Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Patung_Dirgantara
Posted by Unknown